Kristenisasi Makin Brutal! Dari Masjid Umat Diangkut ke Gereja, Dipaksa Kebaktian!
JAKARTA (voa-islam.com) – Jelang Natal tipuan kristenisasi makin brutal! Umat, tokoh dan ormas Islam harus meningkatkan kewaspadaan, karena para misionaris sudah berani menipu umat Islam secara terang-terangan menipu umat Islam, berkedok sembako di masjid.
Kasus
tipuan kristenisasi yang terkini, terjadi di Jakarta dan Bekasi pada
hari Minggu lalu (18/12/2011). Dengan iming-iming sembako di masjid,
lalu ratusan umat diangkut ke gereja dan dipaksa mengikuti kebaktian.
Mulanya,
seorang wanita berusia sekira 55 tahun mendatangi para tukang becak di
Bekasi, Kranji, dan sekitarnya. Wanita berjilbab ini menawarkan bantuan
sembako kepada para tukang becak.
Dengan
senang hati, para tukang becak menerima tawaran ini, karena mereka
dikumpulkan di Masjid Al-Ikhlas Duren Jaya, Bekasi. Setelah menunggu
satu jam, sebuah mobil menjemput mereka.
“Kalau
mau, ngambilnya di Jakarta. Besok ngumpul di Masjid Al-Ikhlas jam 2
siang. Kita naik mobil ke Jakarta,” ujar Jaka (54), salah satu korban
tipuan kristenisasi, menirukan wanita utusan gereja itu.
Tepat
pada waktu yang dijanjikan, 19 orang tukang becak dan para ibu berjilbab
menunggu di Masjid Al-Ikhlas, Ahad (18/12/2011). Setelah menunggu
setengah jam, mereka diangkut ke Jakarta menggunakan angkot Elf 01
jurusan Bekasi-Pulogadung.
Tak
disangka, ternyata rombongan kaum miskin ini diangkut ke sebuah ruko di
kawasan Kelapa Gading. “Pas sampai, saya kaget, kok di ruko? Lalu saya
dan teman-teman disuruh masuk, naik ke lantai tiga” papar Jaka.
Di dalam
gedung yang ternyata adalah gereja itu, sudah berkumpul 700-an orang
yang siap beribadah. Tidak semuanya Kristen, tapi sebagian umat Islam,
karena banyak wanita berjilbab.
Ternyata,
rombongan tukang becak dari Bekasi itu tidak sendirian, ada juga
rombongan umat Islam dari Tanjungpriok, Tipar, Cakung, dan sebagainya.
Mereka juga dijanjikan akan diberi sembako gratis.
Di dalam
ruangan yang ternyata gereja itu, rombongan di suruh duduk di kursi,
berbaur dengan hadirin lainnya untuk mengikuti kebaktian. “Di dalam kami
tidak ngapa-ngapin, cuma disuruh ngikut-ngikutin. Nyanyi-nyanyi dan
berdoa,” jelas Jaka.
Karena
ritual di gereja itu tidak sesuai dengan ajaran agamanya, maka Jaka tak
mau mendengarkan apapun, baik ceramah maupun nyanyian pujian. “Saya gak
dengerin sedikit pun. Saya hanya nunduk aja,” ujar Jaka. “Ajaran Kristen
gak masuk sedikitpun ke hati saya,” tambahnya.
Protes
yang sama dilakukan oleh Ziyad, tukang becak yang terkenal fanatik dalam
Islam. Di dalam gereja, ia melantunkan kalimat-kalimat islami dengan
suara keras, tak peduli siapapun di sekitarnya. “Makanya saya cuma
bilang masya Alloh! Masya Alloh dengan keras! Saya gak peduli di sekitar
saya ada orang Cina dan Batak,” tuturnya.
Penyesalan
serupa juga dirasakan oleh Wasli. Tukang becak warga Kampung Mede
Bekasi ini mengecam pihak gereja yang sudah terang-terangan melecehkan
agamanya.
“Masya
Allah, kayak gini rupanya. Apalagi ini cuman sembako. Dihargai seratus
ribu juga saya gak bakalan datang kalau disuruh ibadah di gereja ginian
mah,” ujar pria berusia 50 tahun itu. “Kalau tahu itu gereja mah, baru
sampai di depannya saya langsung kabur. Ini bukan cari kebenaran tapi
cari neraka!” tambahnya.
....Setelah kejadian ini saya kapok. Gak bakalan mau diajak-ajakin ke gereja. Gak bakalan mau diiming-iming sembako kalau belum jelas orangnya...
Meski
protes dan berontak, namun Wasli merasa tak bisa berbuat apa-apa, karena
semua tukang becak dan umat Islam yang sudah masuk gereja itu dilarang
keluar sebelum acara berakhir. “Masalahnya gak boleh keluar. Kalau boleh
keluar, saya langsung pulang,” jelas Wasli
Saking
ketatnya penjagaan gereja, satpam mengawasi seluruh gerak-gerik umat
Islam agar tidak kabur dari ruang kebaktian. “Jangankan keluar, mau
kencing saja sama satpamnya diawasi,” tutur Wasli. “Belum selesai gak
boleh keluar. Mau kencing, mau mandi silakan, tapi gak boleh pulang,”
ujar Wasli menirukan satpam.
Tepat
pukul 21.00, kebaktian gereja berakhir. Rombongan umat Islam yang
diangkut dari berbagai daerah itu pun disuruh pulang tanpa diberi
apapun. Tak ada sembako maupun transport sedikit pun seperti yang mereka
janjikan sebelumnya.
Mereka
hanya diberi air minum, roti bungkus yang tertera label harga Rp 1.000
dan kalender Kristen terbitan Gereja Bethel Indonesia (GBI) Jemaat MOI
yang beralamat di Ruko Gading River View Blok H/2, Mall of Indonesia
(MOI), Kalapa Gading Jakarta.
“Nggak
ada itu sembako atau uang transport sama sekali. Boro-boro dikasih uang
transport. Orang saya sampai rumah jam 10 malam, langsung makan karena
lapar. Padahal saya berangkat dari jam 12 siang dari rumah. Saya nggak
dikasih apa-apa, cuma dikasih air, roti yang harganya seribuan, sama
kalender Kristen itu. Air juga gak saya minum, roti juga nggak saya
makan. Saya buang aja di gereja itu,” ujar Jaka geram. “Makanya
rombongan dari Priok ribut karena janjinya tak ditepati. Kami
dibohongin,” tambahnya.
...Kalau tahu mau dibawa ke gereja, dorongin aja badan saya pakai mobil, kagak bakalan saya mau ikut...
Para tukang becak Bekasi itu
menilai kebohongan gereja sudah luar biasa dan keterlaluan, karena
berani memperalat masjid untuk kristenisasi. “Saya tidak curiga kalau
mau dibohongin ke gereja, karena mereka mengumpulkan rombongan mau ambil
sembako di masjid. Saya kan percaya sama masjid. Pikir saya ngambil
sembakonya itu di masjid yang dikasih oleh orang partai,” ujar Wasli.
“Ini bukan dibohongin lagi. Mending narik becak dapat duit. Kalau gak
dibohongin gereja, narik becak juga dapat saya kalau 25 ribu dari jam 11
siang sampai sore,” imbuhnya.
Pengalaman ditipu oknum Gereja Bethel itu membuat para tukang becak Bekasi sinis kepada gereja dan orang Kristen. “Setelah
kejadian ini mah, saya kapok. Gak bakalan mau diajak-ajakin ke gereja.
Gak bakalan mau diiming-iming sembako kalau belum jelas orangnya,” jelas
Wasli. “Kalau tahu mau dibawa ke gereja, dorongin aja badan saya pakai
mobil, kagak bakalan saya mau ikut!” tutupnya. [taz]